Minggu, 24 Mei 2015

LOVE AND THE CITY: SAAT HARUS MEMILIH ANTARA KARIR ATAU JODOH

Judul: Love and The City
Pengarang: Momoe Rizal, Nabila Budayana, Anggun Prameswari, Indah Arifallah, Kent Sutjipto, Indah Hanaco, Zelie Petronella, Winda Oei, Winda Krisnadefa, Nurilla Iryani, Windhy Puspitadewi, Septantya Chandra
Penerbit: Bypass
Editor: Aditya Yudis
Jumlah halaman: 208 halaman
Cetakan 1, Januari 2015
ISBN: 978-602-1667-05-7
Segmen: Remaja, dewasa muda
Genre: Metropop, chiclit, romance
Rate: ★★★

"Bahagianya orang itu nggak sama, Jani. Kalau bahagiamu adalah menikah, bahagianya Ajeng belum tentu."

Love and The City adalah sebuah kumpulan cerpen yang ditulis oleh 12 penulis dengan satu tema utama yaitu mengenai karir dan jodoh.


Boleh dibilang karir dan jodoh adalah salah satu realita sosial yang biasa ada dalam kehidupan masyarakat urban. Kehidupan kota yang sibuk terkadang membuat seseorang harus memilih antara menghabiskan waktu bersama pasangannya atau menghabiskan waktu akibat tuntutan pekerjaan.

Waktu mendengar tema utama buku ini yaitu mengenai memilih antara karir atau jodoh, saya sedikit mengerutkan kening. Mengapa? Karena menurut saya karir dan jodoh bisa saja jalan berdampingan secara damai asal bisa kompromi. Mengapa temanya terkesan hanya bisa memilih salah satu?

Tapi itu hanya tema, isi cerita di dalamnya ternyata tidak melulu mengenai memilih karir atau jodoh, memang setiap cerpen membahas kedua hal tersebut tapi eksekusinya bermacam-macam. 

Saya bahas saja satu persatu cepennya tanpa terlalu spoiler:
1. Fierce(d) oleh Moemoe Rizal.
Pros: - Narasinya oke dan cukup mengalir meski entah mengapa saya merasa alur permulaannya agak lambat.
- Penulis sukses menggambarkan sedikit gambaran dunia model, lengkap dengan berbagai istilah commercial, high fashion. Yang pernah nonton reality show-nya Tyra Banks, ANTM pasti tahu maksudnya.  Termasuk persaingan keras dalam dunia modelling yang terkadang kawan bisa menjadi lawan.  
Cons: - Saya merasa karakter utamanya, Melisha terlalu baik hati dan kurang berpikir panjang. 
- Ceritanya terasa agak monoton dan karakter cowoknya kurang menonjol. 

2. Misi Stiletto oleh Nabila Budayana
Ini salah satu cerpen yang saya tidak suka. 
1. Saya tidak suka karakter tokoh utamanya yang terasa sangat kontradiktif. Dari segi karir, dia pintar dan ambisius tapi di sisi lain sepertinya karakternya tipe yang pasrah dan mudah didikte oleh orang lain. 
2. Saya merasa alur cerita terlalu cepat. Tapi saya paham sih maksud apa yang ingin ditunjukkan oleh penulis. 
4. Tidak pernah dibahas, apa sesungguhnya bidang dan jabatan pekerjaan Lani. 
3. Alih-alih mengenai karir atau jodoh, saya lebih merasa cerita ini cocoknya: Kehidupanku vs Stiletto.

3. Langkahan oleh Anggun Prameswari.
Ini cerpen favorit saya. Saya menyukai semua yang ada dalam cerita ini. Mulai dari narasinya yang sederhana namun hampir setiap kalimat mempunyai makna. Karakter-karakternya yang bisa membuat saya suka meski berbeda kepribadian dan pandangan hidup. Favorit saya adalah karakter ibu yang bijaksana. Dan tentu saja prosesi Langkahan yang membuat saya menjadi tahu mengenai budaya masyarakat Jawa. Saya rasa yang membuat saya suka adalah cerita ini tidak terasa monoton dan mempunyai pesan moral yang bijaksana. 

4. Cookies and You oleh Indah Arifallah. 
Meski sudah 3 cerpen yang saya baca, namun belum ada 1 pun cerita yang cukup membuat saya bisa merasakan bawah tokoh utamanya struggle atau benar-benar bimbang antara memilih karir atau jodoh, maka jawabannya ada di cerpen Cookies and You ini. Sejujurnya saya tidak suka sama karakter cowok dalam cerpen ini yang menurut saya terlalu self centered. Dan entah mengapa saya lebih tertarik membaca kisah Jen dkk membangun bisnis toko kuenya. 

Narasinya sudah oke, tapi saya merasa endingnya membuat ceritanya jadi klise. 

5. Neraca oleh Kent Sutjipto. 
Dari segi narasi oke, tapi mungkin karena saya kurang suka dengan karakter utamanya apalagi sudut pandangnya juga orang pertama, membuat saya lebih tidak menyukainya lagi. 

Tidak ada yang salah dengan karakter utama karena penulis memaparkan juga apa yang membuat tokoh tersebut mempunyai sikap keras dalam menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Endingnya pun menurut saya sangat realistis dan sudah tepat. Tapi yah saya merasa ceritanya biasa dan klise. 

6. Teman Kencan Pilihan Mama oleh Indah Hanaco.
Terlepas dari narasi yang cukup mengalir, saya merasa cerita ini terlalu ringan dan terlalu banyak faktor kebetulan. Selain itu cerita ini juga bukan karir vs jodoh dan saya juga tidak merasakan adanya konflik berarti dalam cerita ini. Saya merasa cerpen ini menjadi cerpen filler. It's quite forgettable. 

7. Bintang Untuk Alisha oleh Zelie Petronella. 
Saya ingin sekali bisa menyukai cerpen ini, tapi meski mempunyai karakter likeable, saya tak pernah bisa menyukai cerita perselingkuhan (selera saja sih). Cerpen ini mungkin satu-satunya dari seluruh cerpen di Love and The City yang memakai sudut pandang orang ketiga. 

Saya merasa penjelasan dan penyelesaian cerita terlalu terburu-buru. Ada beberapa hal yang masih saya pertanyakan terkait kisah cinta sang guru dan juga latar belakangnya. Selain itu alasan yang dipilih si tokoh juga rasanya kurang tepat. Kalau memang karena pekerjaan, kan bisa pindah tempat kerja atau sebaliknya. 

8. Honeymoon by Winda Oei.
Honeymoon adalah satu-satunya cerpen di kumcer Love & The City yang pasangan tokohnya sudah menikah. Yang saya suka dari cerita ini adalah karakter cowoknya yang digambarkan "sweet" tapi tidak "cheesy" Untuk ceritanya sendiri yah menurut saya standar konflik masyarakat urban yang sibuk. Tidak ada yang baru. 

9. You Just Can't Have It All oleh Winda Krisnadefa.
Dari semua kumcer di Love and The City, karakter utama dari cerpen You Just Can't Have It All adalah yang paling menyebalkan (setidaknya menurut saya). Karakternya cenderung arogan, egois dan tamak (tapi sangat manusiawi). Yang saya suka dari cerpen ini adalah gaya narasinya yang mengingatkan saya sama personal literature atau gaya penulisan seperti blog, jadi pikiran tokoh utama benar-benar terasa banget oleh pembaca. 

Eniwei, cerpen ini cukup menghibur. 

10. Biro Jodoh Online oleh Nurilla Iryani.
Cerpen no 10 ini juga salah satu yang cukup menghibur saya berkat unsur komedi dalam cerita dan gaya narasinya. Saya suka akan penggunaan multiple 1st person POV dalam cerpen ini yang membuat pembaca bisa melihat karakteristik masing-masing tokoh utama secara jelas. Menurut saya ini salah satu cerpen yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi novel. Selain itu pesan dalam ceritanya juga jelas, yaitu jangan jual mahal dan main kode-kodean. 

11. Mr. Issey oleh Windhy Puspitadewi.
Salah satu cerpen yang narasi dan plot ceritanya sangat mengalir dengan karakter cowok yang juga "sweet". Tapi yah ceritanya sendiri cenderung biasa saja dan tidak ada yang baru. So it's not memorable.

12. A Blessing Hurt by Septantya Chandra.
Lagi-lagi tema "temen jadi demen". Dari segi cerita sudah oke walau juga tidak ada yang istimewa, karena konfliknya terlalu sering dipakai dalam cerita-cerita romance lokal, jadi terasa monoton. Sebenarnya untuk penutup, saya lebih suka cerpen Langkahan yang menjadi penutup, karena pesan dalam cerpen tersebut yang menyatakan, apapun pilihannya, karir atau jodoh sama-sama baik. 

Untuk keseluruhan meski saya lumayan menikmati ceritanya, tapi saya juga merasa monoton saat membacanya. Saran saya untuk selanjutnya adalah buatlah tema yang lebih umum agar para penulis lebih bebas dalam menuangkan ide dan kreasinya. Menurut saya romance atau chiclit bisa saja bergenre thriller atau misteri atau bahkan fantasi. 

Karena tema karir atau jodoh sepertinya membuat para penulis tidak leluasa mengeksekusi cerita karena berusaha mematuhi tuntutan tema.

Reviewed by:
Lucky No. 15 RC: Something New

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...